Mekanisme Pencernaan Ikan Koan / Grass Carp (Stenopharyngodon
idella) Sebagai ikan Herbivora
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Ikan koan Stenopharyngodon
idella adalah ikan introduksi yang merupakan salah satu jenis ikan ekonomis
penting dalam budidaya perikanan air tawar di Indonesia. Ikan ini dikenal
sebagai ikan herbivor yang rakus sehingga dijuluki sebagai “kambing air”. Nama
umumnya adalah grass carp atau ikan karper yang suka memakan rumput
(Babo dkk, 2013).
Aktivitas
makan ikan koan dimulai pada umur 3-4 hari setelah menetas, pada umur ini larva
ikan koan memakan protozoa dan rotifera. Setelah 2 minggu menetas ukuran larva
mencapai 12-17 mm dan mulai memakan makanan yang lebih besar diantaranya larva
insekta dan pada umur 3 minggu ikan koan mulai memakan tumbuhan, diantaranya
alga dan makrofita (Resmikasari, 2008). Untuk ikan yang telah dewasa pakan
adalah macrophyta salah satunya adalah eceng gondok (Eichornia Crassipes) yang
merupakan pakan kesukaan dalam tingkat medium (Van Dyke et al, 1984 dalam Warsa dkk, 2008) .
Ikan koan atau grass
carp (Ctenoparyngodon idella) bersifat herbivora, jenis ikan pemakan
plankton dan tumbuhan air. Ikan koan efektif digunakan sebagai biomanipulasi.
Biomanipulasi adalah penggunaan ikan untuk memakan tumbuhan air atau gulma yang
dapat penutup permukaan suatu perairan dan mengganggu kualitas air lingkungan.
Biomanipulasi dengan ikan ini merubah secara nyata konduktivitas, BOD,COD,
nitrit dan nitrat di danau Kerinci (Hartoto et al., 2000).
Pencernaan
grass carp kurang sempurna sehingga setengah dari bahan makanan dikeluarkan
kembali berupa kotoran yang dipercaya dapat langsung maupun tidak langsung
mendukung kehidupan jenis ikan lainnya.
Pakan memegang peranan
penting dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan selama budidaya dapat
mencapai sekitar 60-70% dari biaya operasional budidaya (Hadadi, dkk., 2009).
Pakan yang diberikan pada ikan dinilai baik tidak hanya dari komponen penyusun
pakan tersebut melainkan juga dari seberapa besar komponen yang terkandung
dalam pakan mampu diserap dan
dimanfaatkan oleh ikan dalam kehidupannya (NRC, 1993) sehingga pakan yang diproduksi dengan harga mahal pun belum tentu memiliki kualitas yang baik oleh karena itu, perlu dicari alternatif bahan pakan yang dapat membantu dalam proses pencernaan pakan. Salah satu bahan pakan yang dapat digunakan adalah serat kasar, Serat kasar membantu dalam mempercepat ekskresi sisa-sisa pakan melalui saluran pencernaan (Megawati dkk, 2012).
dimanfaatkan oleh ikan dalam kehidupannya (NRC, 1993) sehingga pakan yang diproduksi dengan harga mahal pun belum tentu memiliki kualitas yang baik oleh karena itu, perlu dicari alternatif bahan pakan yang dapat membantu dalam proses pencernaan pakan. Salah satu bahan pakan yang dapat digunakan adalah serat kasar, Serat kasar membantu dalam mempercepat ekskresi sisa-sisa pakan melalui saluran pencernaan (Megawati dkk, 2012).
Daya cerna
adalah kemampuan untuk mencerna suatu bahan pakan, sedangkan bahan yang
tercerna adalah bagian dari pakan yang tidak diekskresikan dalam feses. Daya
cerna juga dapat digunakan sebagai salah satu indikator penentu kualitas pakan
yang diberikan. tempat awal masuknya pakan (Halver, 1989 dalam Megawati dkk, 2012). Tidak hanya karena perbedaan status
fisiologis ikan, perbedaan daya cerna terhadap serat kasar juga dipengaruhi
oleh keberadaan bakteri didalam usus (Evans dan Claiborne, 2006 dalam Megawati dkk, 2012). Seperti hewan
monogastrik lainnya, kemampuan ikan dalam mencerna serat kasar dibatasi oleh
kemampuan mikroflora dalam ususnya untuk mensekresikan selulosa (Megawati dkk,
2012).
II ISI
2.1 Ikan Koan
2.1.1 Klasifikasi Ikan
Koan
Ikan koan mempunyai klasifikasi sebagai berikut (Nelson, 1976) :
Filum :
Chordata
Subfilum : Vertebrata
Superclass :
Gnathostomata
Grade : Pisces
Subgrade : Teleostomi
Class :
Osteichthyes
Subclass :
Actinopterygii
Infraclass :
Teleostei
Divisi :
Euteleostei Super
Ordo :
Ostariophysi
Ordo :
Cypriniformes
Sub Ordo :
Cyprinoidei
Famili :
Cyprinidae
Sub Famili : Leuciscinae
Genus :
Ctenopharyngodon
Spesies
: Ctenopharyngodon idella Val.
Gambar 1. Ikan Koan / Grass Carp
Ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) merupakan salah satu
jenis ikan karper China yang kini sudah tersebar di banyak negara, baik di
daerah beriklim dingin maupun di daerah tropis. Daerah asal jenis ikan ini
terbentang mulai dari sungai Amur ke daerah Tiongkok Selatan dan Siam yang
terletak pada 200 dan 500 lintang utara dan antara 1000 dan 1400 bujur timur
(Fishcher dan Lyakhnovich, 1973 dalam SEAMEO-BIOTROP, 1977). Ikan ini berasal
dari sungai-sungai besar di China, Siberia, Manchuria dan berhasil diintroduksi
ke beberapa negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Thailand dan juga ke negara
lain seperti Taiwan, Jepang, Amerika Serikat, Eropa Timur, Belanda dan Jerman
(Cross, 1968). Ikan ini masuk ke Indonesia (Sumatra) pada tahun 1915 dan pada
tahun 1949 didatangkan ke Jawa untuk tujuan dibudidayakan (www.bbpbat.net).
Nama lain dari ikan ini adalah “grass carp” atau “white amur”, dilihat dari
warnanya yang agak keputihan dan berasal dari sungai Amur, China. Ciri-ciri
fisik ikan ini adalah Ikan koan ini dapat tumbuh dengan besar dan cepat tetapi
tidak dapat memijah secara alami di perairan Indonesia (SEAMEO-BIOTROP, 1977).
2.1.2 Morfologi dan Anatomi Ikan Koan
Ikan ini mempunyai bentuk tubuh yang agak memanjang dan ramping
dengan perut yang besar, mulut berbentuk subterminal mengarah ke bentuk
terminal, kepala lebar dengan moncong bulat pendek dan gigi paringeal dalam
deretan ganda dengan bentuk seperti sisir. Sirip dorsal dan anal pendek serta
tidak memiliki duri dengan tipe sisik sikloid, tanpa tulang belakang. Usus
berdiferensiasi menjadi esofagus pendek, katup pylorik dan rektum. Hati
terletak di permukaan dorsal usus dan lobusnya selalu memanjang pada rongga
tubuh. Hati dan pankreas dihubungkan oleh beberapa saluran kecil dengan saluran
empedu yang memasuki bagian posterior usus hingga ke katup pylorik. Kantung
empedu terletak diantara hati dengan usus dan kelenjar adrenal terletak pada
ginjal pronephros. Pada ikan yang panjang totalnya mencapai 58 mm (berumur 50-
60 hari) gonadnya berdiferensiasi dan terletak di rongga peritoneum (Berry dan
Low, 1970 dalam Shireman dan Smith, 1983).
Aktivitas
makan ikan koan dimulai pada umur 3-4 hari setelah menetas, pada umur ini larva
ikan koan memakan protozoa dan rotifera. Setelah 2 minggu menetas ukuran larva
mencapai 12-17 mm dan mulai memakan makanan yang lebih besar diantaranya larva
insekta dan pada umur 3 minggu ikan koan mulai memakan tumbuhan, diantaranya
alga dan makrofita, dan secara nyata terjadi pada 1-1,5 bulan setelah
penetasan. Menurut Hickling (1960) dan Nikolsky, 1963 dalam SEAMEO BIOTROP,
1977 ikan yang termasuk herbivora ini mempunyai usus yang pendek yaitu 2-3 kali
panjang badannya, sehingga 50 % dari bahan makanan yang dicerna akan keluar
dalam keadaan tidak tercerna secara sempurna. Bahan kasar sisa pencernaan
tersebut merupakan pupuk organik yang dapat merangsang pertumbuhan
fitoplankton, sehingga dapat menyebabkan blooming.
2.2
Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan memainkan peran
penting dalam fisiologi vertebrata sebagai situs pencernaan nutrisi dan
penyerapan (Shan et al.,2013). Pencernaan
Ikan Grass Carp berlangsung di usus, di mana berbagai enzim usus yang terlibat
dalam pencernaan dan proses penyerapan, seperti amilase, pepsin, tripsin,
esterase dan alkali fosfatase (Das dan Tripathi, 1991 dalam Zhou et al, 2013). Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa
aktivitas amilase dalam usus ikan mas herbivora jauh lebih intens dari pada
ikan karnivora (Bairagi et al, 2002;. Dhage, 1968; Phillips, 1969). Dan ikan
herbivora menunjukkan aktivitas lipase yang lebih rendah dibandingkan dengan
ikan karnivora dan omnivora (Das dan Tripathi, 1991; Opuszynski dan Shireman,
1995). Selain itu, aktivitas enzim pencernaan umumnya berkorelasi dengan
tingkat pertumbuhan ikan (Hidalgo et al., 1999). Di sisi lain, mikrobiota usus memainkan
peran penting dalam pencernaan nutrisi dan penyerapan, serta adanya enzim
eksogen mempengaruhi mikrobiota usus, yang pada gilirannya meningkatkan
aktivitas enzim pencernaan dan kinerja pertumbuhan ikan Grass Carp.
Ikan tidak dapat menghasilkan
selulase endogen tetapi mereka memendam populasi mikroba dalam saluran
pencernaan mereka yang membantu dalam pencernaan bahan tanaman, beberapa
diantaranya dari anggota Sphingomonas, Bacillus, dan kelompok Leptothrix. Meskipun
bakteri ini tidak dikonfirmasi memiliki Kegiatan selulolitik dalam penelitian ini,
strain tertentu Bacilli dan Sphingomonas yang terbukti mampu menghasilkan
selulase di moderat.
Perubahan
dari usus mikrobiota dalam kelompok selulase, terutama munculnya tertentu strain
bakteri termasuk Bacilli dan Sphingomonas, berkontribusi pencernaan selulosa. Ikan
herbivora dapat mensintesis enzim selulase bukan oleh binatang itu sendiri tetapi
oleh mikroorganisme tertentu. Namun, enzim terlalu terbatas untuk mencerna dan
menyerap serat kasar cukup. Oleh karena itu eksogen selulase diperlukan untuk
melengkapi dalam diet ikan terutama ketika menggunakan bahan tanaman.
Selanjutnya, ikan omnivora dan karnivora mungkin membutuhkan lebih banyak
enzim.
2.3
Aktivitas Enzym Pencernaan
Kemampuan
ikan untuk mengkonsumsi pakan secara optimal sangat tergantung pada
ketersediaan enzim pencernaan. Enzim adalah biokatalisator yang berfungsi
sebagai katalis dalam proses biologis (Lehninger, 1982). Enzim yang dikenal
luas penggunaannya adalah enzim amilase, lipase, dan protease yang merupakan
enzim hidrolitik pemecah senyawa makromolkul karbohidrat, lemak, dan ptotein.
protease berfungsi mengubah protein menjadi asam amino, amilase mengubah pati
menjadi maltosa, dan lipase mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
(Kim, dkk., 2011).
Enzim
merupakan sekelompok protein yang mengatur dan menjalankan perubahan-perubahan
kimia dalam sistem Biologi. Enzim dihasilkan oleh organ-organ pada hewan dan
tanaman yang secara katalitik menjalankan berbagai reaksi, seperti hidrolisis,
oksidasi, reduksi, isomerasi, adisi, transfer radikal, pemutusan rantai karbon
(Sumardjo, 2009). Secara umum, enzim menghasilkan kecepatan, spesifikasi, dan
kedali pengaturan terhadap reaksi dalam tubuh. Enzim berfungsi sebagai
katalisator, yaitu senyawa yang meningkatkan kecepatan reaksi kimia (Marks,
dkk., 2000). Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 sampai 1011
kali lebih cepat dibandingkan ketika reaksi tersebut tidak menggunakan katalis.
Seperti katalis lainnya, enzim juga menurunkan atau memeprkecil energi aktivasi
suatu reaksi kimia (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009). Dalam raksi tersebut enzim
mengubah senyawa yang slanjutnya disebut substrat menjadi suatu senyawa yang
baru yaitu produk, namun enzim tidak ikut berubah dalam reaksi tersebut
(Palmer, 1991).
Amilase
dibedakan menjadi endoamilase dan eksoamilase. Endoamilase umumnya dikenal seagai
α- amilase, sedangkan eksoamilase dikenal sebagai β-amilase (Sumardjo, 2009).
Enzim protease mempunyai dua pengertian, yaitu proteinase yang mengkatalisis
hidrolisis molekul protein menjadi fragmen-fragmen yang lebih sederhana, dan
peptidase yang menhdirolisis fragmen polipeptida menjadi asam amino. Enzim
proteoitik yang berasal dari mikroorganisme adalah protease yang mengandung
proteinase dan peptidase (Frazier dan Westhoff, 1983, dalam Ferdiansyah, 2005).
Enzim lipase adalah enzim yang bekerja untuk menghidrolisis lemak dan minyak.
Berdasarkan fungsi fisiologisnya enzim lipase mempunyai peranan penting
menghidrolisis lemak dan minyak menjadi asam lemak dan gliserol yang dibutuhkan
dalam proses metabolisme. Enzim lipase ini dapat memecah ikatan ester pada
lemak sehingga menjadi asam lemak dan gliserol (Poedjiadi dan Supriyanti,
2007). Menurut Mingrui Yu dkk., (2007) lipase merupakan kelompok enzim yang
secara umum berfungsi dalam hidrolisis triasilgliserol (trigliserida) untuk
menghasilkan asam lemak rantai panjang dan gliserol.
Enzym
seperti amylase, protease, lipase dan selulose diproduksi oleh bakteri pada
saluran pencernaan untuk mengurai senyawa kompleks menjadi sederhana sehingga
siap digunakan ikan. Enzim tersebut yang akan membantu menghidrolisis nutrien
pakan (molekul kompleks), seperti memecah karbohidrat, protein dan lemak
menjadi molekul yang lebih sederhana akan mempermudah proses pencernaan dan
penyerapan dalam saluran pencernaan ikan.
Bakteri-bakteri
yang ditemukan pada ikan koan (Grass Carp) yang berperan penting dalam sistem
pencernaan adalah Sphingomonas dan Bacillus, bakteri tersebut berperan
dalam menghasilkan enzym selulose untuk memecah protein dalam tumbuhan yang
telah dimakan oleh ikan. Bakteri Bacilus merupakan bakteri proteolitik yang
dapat menguraikan protein menjadi asam amino, asam amino ini digunakan bakteri
untuk memperbanyak diri, sehingga dapat meningkatkan protein pakan dan
menurunkan serat kasar. Selain itu bakteri ini mampu menguraikan disakarida
atau polisakarida menjadi gula sederhana dan dengan sifatnya yang pektinolitik
mampu menghasilkan pektin yaitu karbohidrat kompleks. Oleh karena itu, bakteri
ini mampu meningkatkan penyerapan pakan dalam saluran pencernaan.
Bacillus
merupakan salah satu Bakteri anaerob, bakteri anaerob dapat menghasilkan
hidrogen berupa bakteri anaerob fakultatif dan anaerob obligat. Bakteri
fakultatif anaerob akan memproduksi ATP melalui respirasi aerob ketika oksigen
masih tersedia dan mampu bertahan dalam kondisi tidak ada oksigen dengan
melakukan fermentasi secara anaerob.
III KESIMPULAN
Ikan Koan / Grass Carp (Stenopharyngodon idella) merupakan ikan herbivora diantaranya alga
dan makrofita. Ikan Koan tidak dapat menghasilkan selulase endogen
tetapi mereka memendam populasi mikroba dalam saluran pencernaan mereka yang
membantu dalam pencernaan bahan tanaman, beberapa diantaranya dari anggota
Sphingomonas, Bacillus, dan kelompok Leptothrix. Bacillus
merupakan salah satu Bakteri anaerob yang dapat menghasilkan enzym protease dan
selulose dalam proses memecah karbohidrat, protein dan lemak menjadi molekul
yang lebih sederhana akan mempermudah proses pencernaan dan penyerapan dalam
saluran pencernaan ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Babo, D., J. Sampekalo, H. Pankey. 2013. Pengaruh
Beberapa Jenis Pakan Hijauan terhadap Pertumbuhan Ikan Koan (Ctenopharyngodon idella). Budidaya
Perairan. Vol.1 (3): 1-6 p.
Megawati, R.A., M. Arief, M.A.A.
Alamsjah. 2012. Pemberian
Pakan dengan Kadar Serat
Kasar Yang Berbeda Terhadap Daya Cerna Pakan Pada Ikan Berlambung Dan
Ikan Tidak Berlambung. Jurnal
Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol.4 (2):187-192 p.
Resmikasari, Y. 2008. Tingkat
Kemampuan Ikan Koan (Ctenopharyngodon
idella val.) Memakan Gulma Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solms.). Skripsi. Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Bogor. 72 hal.
Zhou, Y., X. Yuan, X.F. Liang, L. Fang,
J. Li, X. Guo, X. Bai. S. He. 2013. Enhancement Of Growth and
Intestinal Fl Ora in Grass Carp: The Effect of Exogenous Cellulase. Aquaculture
416-417: 1-7 p.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan jika anda ingin komentar, karena masukan dan kritikan anda sangat berharga demi kemajuan, namun tolong gunakan bahasa yang sopan